Inilah Etika Komunikasi Seorang Muslimah di Ranah Publik |
Senantiasa menarik ketika kita membahas dunia Muslimah. Karena memang kaum hawa ini mendapatkan tempat yang istimewa dalam Islam. Ajaran Islam sangat menghargai setiap hak dan berusaha melindungi kehormatannya. Namun, di sisi lain mereka adalah kaum yang lemah dan harus dilindungi oleh seorang laki-laki. Sehingga kita memahami bahwa seorang wanita di ciptakan bukan dari tulang ubun sehingga lupa akan pujian. Bukan pula diciptakan dari tulang kaki karena khawatir akan diinjak dan direndahkan. Melainkan ia diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.
Dalam Al-Qur’anul karim kita bisa melihat ada tiga tipe seorang wanita yang secara khusus membicarakan jenis-jenis perempuan berdasarkan amalnya. Untuk jenis perempuan ideal yang patut diteladani, seringkali Alqur'an menyebut nama jelas. Namun untuk melukiskan perempuan "buruk" tidak menyebut nama secara langsung.
Tipe pertama adalah tipe wanita shalehah dan sudah di jamin baginda Nabi SAW masuk surga. Sebagaimana sabdannya, " Sebaik-baik perempuan Muslimah surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, Asiyah" (HR. Baihaqi).
Khadijah adalah figur wanita dermawan yang memberikan segalanya untuk dakwah sekaligus istri yang dicintati suaminya. Kedermawanannya mendapat sanjungan dari Allah dengan memberikan salam melalui malaikat Jibril. Berkatalah Jibril pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang membawa bejana berisi lauk atau makanan atau minuman. Kalau ia sudah datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku. Dan berikan kabar gembira dengan rumah di surga" (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan dijelaskan dalam sebuah riwayat bahwa Aisyah sangat cemburu pada Khadijah yang selalu ada dalam ingatan Rasulullah. "Apakah di dunia ini tidak ada perempuan selain dia?" Tanya Aisyah. Nabi, membuka kembali indahnya kehidupan Khadijah, "Khadijah yang mengimaniku di saat manusia mengingkariku. Dialah yang membenarkanku ketika manusia mendustaiku. Dialah yang memberikan hartanya ketika manusia menahannya. Dan dialah yang memberiku keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak memberiku itu" (Hr. Bukhari dan Ahmad)
Baca Juga : DOSA 24 JAM SEORANG WANITA di FaceBooK
Wanita shalehah yang kedua adalah Fatimah. Beliau adalah putri Rasulullah. Ia adalah sosok yang mencerminkan anak yang berbakti pada orang tuanya. Didalam diri Fatimah telah ada benih-benih sikap berbakti yang tertancap kuat. Dikala perang Uhud telah selesai, nabi terluka di pipinya. Giginya patah dan kakinya terluka. Darah pun keluar. Fatimah dibantu Ali, dengan sabar membersihkan luka dan berusaha menghentikan darahnya.
Dikala Nabi dilempari darah dan kotoran unta oleh Uqbah bin Abi Muith saat sujud di depan Ka`bah, Fatimah yang mendengar itu segera datang dan membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Kemudian Fatimah menghampiri dan memarahi para kafir Quraisy. Tapi malah ditertawakan dan tidak diindahkan karena menganggap Fatimah masih kecil. Bagaimanapun Rasulullah teramat mencintainya. Hingga dengan mesra , menjelang wafat Rasulullah memberi kabar gembira pada putrinya. Bahwa diantara kerabatnya, dialah yang akan cepat menyusul kepergian Rasulullah. Sebuah kabar yang membuat Fatimah berhenti menangis dan tersenyum.
Wanita Shalehah ketiga adalah Maryam. Ia adalah figur wanita yang selalu menjaga kesuciannya. Nama Maryam disebut beberapa kali dalam Al-Qur’an dan juga menjadi salah satu nama Surat dalam Al-Qur'an. Ia adalah tipe perempuan saleh yang menjaga kesucian dirinya, mengisi waktunya dengan pengabdian yang tulus kepada Rabb-Nya. Karena kesalehahannya itulah ia mendapat kehormatan menjadi ibu dari kekasih Allah, Isa alaihi salam, tokoh terkemuka di dunia dan akhirat (QS. 3:45).
"Dan Maryam putra Imran, yang menjaga kesucian kehormatannya. Kami tiupkan roh Kami dan ia membenarkan kalimah Tuhan-Nya dan kitab-kitab-Nya dan ia termasuk orang yang taat." (QS. 66:16).
Wanita shalehah keempat adalah Asiyah. Ia adalah sosok wanita beriman diantara lingkungan yang sesat. Siapapun tahu siapa suami Asiyah. Ia adalah Fir`aun. Sejarah mencatat kalau Firaun adalah Raja yang sombong. Teramat sombong. Karena ia telah merebut kesombongan yang hanya dimiliki Allah dengan mengatakan dirinya adalah Tuhan. Barangsiapa yang menolak, maka kematian adalah balasannya. Namun tidak begitu dengan Asiyah.
Baca Juga : YANG MERASA PEREMPUAN HARUS BACA INI AGAR TIDAK MENYESAL SELAMANYA!!! TOLONG JANGAN ABAIKAN 10 GEJALA INI !!!
Ketika terjadi peristiwa adu ilmu antara tukang sihir Firaun dan Musa, Asiyah bertanya pada para pengawal, "Siapa yang menang?" Mereka menjawab, "Musa dan Harun". Asiyah pun kemudian berkata; "Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun". Sebuah jawaban lugas yang menampar wajah Firaun di muka umum. Angkaranya membuat Asiyah diancam akan dilempari batu besar di padang pasir yang panas. Tapi Asiyah tetap teguh. Sehingga keteguhannya dicatat Allah dalam Al-Quran, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya. Dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim." (QS. At-Thamrin : 11)
Selain Asiyah, ada pula contoh-contoh perempuan pejuang meski suami-suami mereka bukanlah orang-orang zalim, melainkan para pejuang kebenaran. Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, Nusaibah binti Ka'ab, adalah contoh nama-nama yang bersama suami mereka bahu-membahu memperjuangkan agama Allah.
Tipe wanita kedua adalah mereka yang menentang suami yang memperjuangkan kebenaran, seperti istri Nabi Nuh as dan istri Nabi Luth as. Dalam kaitannya dengan hal ini, Al-Qur'an juga menambahkan satu contoh perempuan yang mendukung kezaliman suaminya yakni, istri Abu Lahab.
Tipe ketiga yang dijelaskan adalah tipe perempuan penggoda. Jelas untuk yang satu ini diwakili oleh Zulaikha, penggoda Nabi Allah Yusuf alaihi salam. Dalam kisah Zulaikha menggoda Yusuf inilah, Al-Qur'an menunjukkan kepandaian perempuan dalam melakukan makar dan tipuan.
Beberapa profil wanita di atas menjadi pengantar bagi pembaca agar bisa menempatkan pada posisi yang mana saat ini. Saat ini di tengah merebahnya syahwat dunia muncul begitu banyak karakter wanita seperti Zulaikha yang menggoda setiap laki-laki. Mereka berpakaian tapi seolah telanjang, memakai pengahrum yang berlebih, bergaul dengan laki-laki yang bukan mahram tanpa batasan. Bahkan seolah sek bebas sudah menjadi hal yang wajar. Para wanita dewasa ini kebanyakan tak bisa menjaga kesucian dan kehormatannya.
Tak terkecuali para Muslimah, dengan balutan jilbab minimalis di tubuhnya akan tetapi kelakuanya sama seperti wanita lain yang tidak berjilbab. Jilbab hanya di gunakan sebagai asesoris, bukan sebagai ketaatan menjalankan perintah syariat. Hal ini sangat terlihat ketika mereka yang di kampus atau tempat pekerjaanya berjilbab, namun ketika di luar dilepas karena dirasa menghalangi kecantikan rupa dan keanggunan tubuhnya untuk dipertontonkan kepada semua orang. Mereka sama seperti Zulaikha yang mempertontonkam aurat dan menawarkan dirinya untuk laki-laki yang bukan suaminya. Shalat mungkin masih mereka lakukan tapi maksiat juga jalan terus. Na’udubillah
Baca Juga : Masya Allah, Kekuatan Ibu Luar Biasa Mampu Mengandung 11 Anak Kembar Sekaligus
Bahkan pagi para Muslimah dengan predikat aktifis dakwah pun sering lalai dengan masalah ini. Mungkin tingkatanya tidak seektrim yang lainnya. Akan tetapi tebar pesona yang mereka lakukan juga dapat menggoda sesama aktifis dakwah yang lain terutama para ikhwan. Mulai cara dia berpakaian, berkomunikasi bahkan aktif di jejaring sosial.
Dari pemaparan profil-profil wanita shalehah diatas dengan disandingkan realita segolongan kau wanita saat ini, menjadi semakin menarik untuk kita kaji bagaiman etika bergaul seorang Muslimah. Karena dari situ pembaca bisa menyandarkan pada karakter dan tingkatan mana saat ini, sehingga akan lebih mudah menempatkan diri secara proporsional pembahasan yang akan kita kupas.
Namun sebelum itu, kita juga perlu membahas apa yang di sebut Hayatul ‘aam atau kehidupan umum dan Hayatul khas atau kehidupan khusus bagi Muslimah. Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi Muslimah adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam, bagi Muslimah, maknanya bahwa ia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas.
Kebiasaan yang sekarang sedang marak yaitu diskusi di jejaring sosial adalah termasuk kehidupan umum karena diketahui banyak orang pembahasannya pun seputar perkara yang dibolehkan. Dalam hal ini saya ingin mengutip perkataan Abu Bakar, "Berhati-hatilah dalam bertindak karena dari hati-hati tadi memberikan manfaat bagimu."
Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar pribadi dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan sesama kaum perempuan dalam lingkungan kita. Contohnya, menceritakan keadaan dirinya dan keluarganya, target hidup, target dakwah dll. secara detil, kecuali seorang Muslimah sudah dikhitbah.
Dalam ranah publik dewasa ini kaum Muslimah memiliki tantangan besar untuk tetap eksis akan tetapi tetap dalam koridor syar’i. Muslimah dituntut tetap mengambil peran dalam aktifitas kehidupan, baik diranah ekonomi, sosial, ataupun politik. Akan tetapi di sisi lain mereka harus menjaga identitasnya sebagai seorang Muslimah yang sangat di istimewakan dalam Islam.
Baca Juga : Para Ibu Wajib Tahu : Larang Anak Anda Minum Teh Ini, Sebelum Fatal Akibatnya
Mau tidak mau seorang Muslimah yang eksis di ranah publik termasuk jejaring sosial tetap berpeluang besar melakukan komunikasi yang intensif dengan laki-laki yang bukan mahram. Dalam kondosi inilah peluang-peluang fitnah yang terjadi akan semakin besar. Karena pada hakekatnya benih-benih ketertarikan akan muncul ketika komunikasi yang inten terjadi.
Sebuah reflekasi yang perlu penulis sampaikan dalam hal komunikasi antara seorang Muslimah dan seorang kali-laki yang bukan mahram adalah kisah interkasi antara nabi Musa dengan puteri nabi Syu’aib. Dalam Al-Qur’an diceritakan ketika salah satu putri nabi Syu’aib yang diperintahkan untuk memanggil nabi Musa, “kemudian datanglah kepada Musa salah satu dari kedua wanita itu, berjalan dengan malu-malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami” (QS. Al-Qashash: 25)
Saat itu puteri nabi Syu’aib as berjalan dengan penuh rasa iffah (kebersihan jiwa) ketika bertemu dengan seorang laki-laki. Berjalan dengan penuh rasa malu dan jauh dari usaha untuk menarik perhatian. Meskipun demikian, ia tetap mampu menguasai diri dan menyampaikan apa yang harus disampaikan dengan jelas. Inilah rasa malu yang bersumber dari fitrah yang suci yang secara tidak langsung akan menjaga kesucian jiwa seorang Muslimah.
Seorang gadis yang anggun dan shalihah, secara fitrah akan merasa malu ketika bertemu dan berbicara dengan laki-laki. Akan tetapi karena kesucian dan keistiqomahannya ia tidak gugup. Ia bicara dengan jelas dan sebatas keperluan agar tidak terjadi fitnah.
Adapun wanita yang senantiasa bersolek, pergi tanpa muhrim, bahkan bercampur baur dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tanpa ada keperluan yang dibolehkan secara syariat, maka wanita seperti ini jelas bukan didikan Al-Qur’an ataupun Islam. Mereka telah mengganti rasa malu dan ketaatan kepada Allah SWT dengan rasa tidak malu, kemaksiatan, dan berbagai perbuatan keji. Na’udubillah
Pada hakekatnya rasa malu pada diri seseorang wanita akan membuahkan Iffah (kesucian diri). Maka barang siapa yang memiliki rasa malu, hingga dapat mengendalikan diri dari perbuatan buruk, berarti ia telah menjaga kesucian dirinya. Rasa malu juga akan membuahkan sifat Wafa’ (selalu menepati janji). Ahnaf Ibnu Qois berkata, “Dua hal yang tidak akan berpadu dalam diri seseorang: dusta dan harga diri. Sedangkan harga diri akan melahirkan sifat shidiq (berkata benar), wafa’, malu dan Iffah”.
Allah SWT mengancam orang yang tidak memiliki rasa malu dan melakukan kemaksiatan serta kejahatan dengan terang-terangan melalui ancaman yang tak diampuni. Sebagai mana sabda bagind nabi SAW, “ Semua hambaku akan dimaafkan, kecuali orang-orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan”. Orang yang tidak memiliki rasa malu kepada Allah berarti ia tidak memiliki ketakutan akan azab Allah yang sangat pedih.
Lagi-lagi ukuran bagaimana etika komunikasi seorang Muslimah di ranah publik tidak bisa kita pisahkan dari pembahasan malu dan iman itu sendiri. Karena pada prosesnya jelas terjadi hubungan klausal sebab dan akibat. Kisah puteri nabi Syu’aib diatas menjadi salah satu indikasi penting seorang Muslimah dalam melakukan aktifitas di ruang publik, termasuk di jejaring sosial.
Baca Juga : Para Ibu Wajib Tahu : Larang Anak Anda Minum Teh Ini, Sebelum Fatal Akibatnya
Seorang Muslimah tetap di tuntut untuk menjaga kodratnya sebagai wanita yang mempunyai batasan-batasan tertentu dan tidak bisa di samakan dengan laki-laki. Dalam hal pekerjaan misalnya, tidak layak seorang Muslimah jika harus bekerja sebagai pekerja berat seperti kuli bangunan, tukang becak atau tukang parkir. Atau dalam hal batasan waktu interaksi di ranah publik. Tentunya tidak bisa di samakan dengan laki-laki pula yang boleh melakukan interaksi 24 jam non stop.
Sadaraku Muslimah terkasih, engkau itu istimewa. Saking istimewanya Islam memberikan waktu-waktu khusus untukmu. Tidak lain semua aturan itu untuk kebaikanmu. Untuk menjaga izzah dan kemuliaanmu di mata manusia maupun Allah SWT. Menjaga kesucian diri dan kelembutan hatimu karena dekat dengan Rabb pemilik kehidupan. Dan tidak lain kalau engkau yang melanggarnya engkau sendiri yang rugi.
Tak perlu kau seperti laki-laki yang boleh berjibaku di dunia publik 24 jam non stop. Cukuplah engkau gunakan waktu siangmu dan setelah petang mendekatlah engkau dengan Rabbmu. Mengucapkan kalimat-kalimat kesyukuran dan bermunajat kepada-Nya. Mengadukan semua keluh kesahmu kepada-Nya, itu lebih baik dari pada kau tuliskan di status FB, plurk, skype atau twittermu.
Kebanyakan kita mungkin sekarang sering salah menempatkan perkara Hayatul khas atau kehidupan khusus di ranah publik. Kita terkadang lupa bercerita atapun up date status berkaitan dengan hal-hal pribadi di ranah publik. Padahal seharusnya yang perkara seputar pribadi hanya boleh di ketahui oleh keluarga “Mahram”.
Mungkin tanpa kau sadari foto-foto yang kamu pajang di FB telah menyayat-nyayat hati kami khususnya kami para lelaki yang peduli denganmu karena ikatan keimanan ini. Kami tidak rela keistimewaan kalian bisa dilihat semua orang. Kami tak akan pernah rela paras wajahmu menjadi sarana perbincangan publik.
Saya yakin tujuan Muslimah semua mulia, tapi ingat terkadang sesuatu yang baik tidak selamanya diterima baik karena faktor tempat, waktu, situasi dan kondisi yang berbeda. Tidak semua hal yang baik akan berbuah pahala, karena faktor cara dan dampak negatif lain yang ditimbulkan.
Saudariku Muslimah, sudah saatnya kita berbenah terhadap proses komunikasi yang kita lakukan di ranah publik maupun dunia maya. Karena jangan sampai amalan kebaikan yang kita lakukan akan rusak karena niat kita sudah di rusak akibat ketertarikan dengan patner kerja. Kebaikanmu tidak lagi murni karena Allah, akan tetapi karena ingin di lihat dan di puji seseorang yang kamu sukai.
Dan kalau kita mau memahami lebih jauh, Dunia maya khususnya jejaring sosial itu ibarat candu bagi kita, kalau kita tidak bisa mengendalikan, kita yang akan terjerumus. Amalan ruhiyah kita kacau, hafalan blong, ilmu agama pas-pasan. Sebaliknya kita menjadi manusia yang lebay-lebay dan salah tingkah ketika berada di depan lawan jenis. Hal itu terjadi karena kita tidak bisa mengoptimalkan waktu yang sudah Allah berikan 24 jam setiap harinya. Kita hanya sibuk dengan perkara-perkara dunia dan sering kali lupa bahwa ada hak Allah dalam diri kita yang harus kita tunaikan pula.
Saudaraku saat ini pemuda-pemuda dan anak kecil di Palestina sedang di serang dengan rokok oleh Yahudi laknatullah. Tanpa sadar pun sebetulnya kita sedang diserang dengan jejaring sosial. Kita sedang di creat menjadi pribadi-pribadi yang individualis. Kita sedang di creat untuk mengikuti gaya hidup mereka.
Padahal sunah Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita setelah selesai shalat isya kita tidur dan bangun 1/3 malam terakhit untuk bermunajat. Tapi yang saat ini terjadi adalah sebaliknya. Kita asyik berkelana di dunia maya khususnya di jejaring sosial sementara di waktu paling mulia untuk bermunajat malah kita tidur.
Saudariku Muslimah, kemaksiatan yang kita lakukan saat ini mungkin belum kita rasakan dampaknya, tapi tunggulah sampai Allah menegur atau memberikan balasannya. Tunggulah sampai keputusan Allah itu datang, karena keputusan itu adalah pasti. Fakta dilapangan banyak penulis jumpai sebuah pernikahan gagal dilakukan antar sesama atifis dakwah, hanya karena status-status di Jejaring Sosial yang lebay-lebay. Kalu sudah seperti itu siapa yang salah? Hanya hati kita yang terdalam yang bisa menjawabnya. Dan semoga kita tidak tergolong orang-orang yang lalai.
.....
Saudariku Muslimah
Dari awalnya kau memang sudah istimewa
Maka kau jangan pernah merasa sama dengan laki-laki
Jangan pernah kau iri dengan kelebihan yang laki-laki dapatkan
Karena kami pun tak pernah iri dengan keistimewaan yang Allah berikan kepadamu
.....
Saurariku Muslimah
Allah menciptakanmu bukan dari tulang ubun sehingga lupa akan pujian
Bukan pula diciptakan dari tulang kaki karena khawatir akan diinjak dan direndahkan.
Melainkan engkau diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.
.....
Saudariku Muslimah
Kau memang begitu istimewa
Kau adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia
Perhiasan dunia yang akan menyejukan setiap laki-laki shaleh
Kau bisa menjagi mulia bahkan lebih mulia dari bidadari surga
Surga seorang anak manusia pun tergantung dari ridho seorang Muslimah yaitu ‘Ibu’
.....
Saudariku Muslimah
Kau memang selalu itimewa
Istimewa dalam semua hal
Saking istimewanya, islam mengatur kapan kau harus keluar rumah dan kapan kau harus berdiam diri
Kapan kau boleh melakukan interaksi di ranah publik kapan waktu engkau bermunajat kepada rabbmu
......
Saudaraku Muslimah
Semuanya untuk kebaikanmu
Semuanya untuk menjaga kesucianmu
Semuanya untuk menjada kehormatan dan kemulianmu
Maka berbenahlah, buat bidadari surga cemburu kepadamu
Sumber : dishare-yok.blogspot.com
Sumber : dishare-yok.blogspot.com
No comments:
Post a Comment